Social Icons

Facebooktwitter

Pages

Selasa, 25 September 2012

Makalah Akhlaq Tasawuf




AKHLAQ  TASAWUF
”Wawasan tentang Al-Fana, Al-Baqa’, dan Al-Ittihad”



 




NAMA KELOMPOK :
1
Shofia Fajrin Hardiyanti
210611068
2
Luluk Ida Wati
210611069
3
Nuning Farida
210611070

STAIN PONOROGO 2011



Dosen Pengampu


Imam Sayuti Farid









Pengertian Al-Fana
            Fana artinya hilang, hancur. Dalam bahasa Inggris disappear, perish, annihilate. Dapat dipahami bahwa fana merupakan proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan.
            Fana’an Nafs adalah hilangnya kesadaran kemanusiaan dan menyatu ke dalam iradah Allah, bukan jasad tubuhnya yang menyatu dengan Dzat Allah. Fana berbeda dengan al-fasad (rusak). Fana artinya tidak tampaknya sesuatu, sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain.
            Fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dnegan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut pendapat lain fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan, dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat tercela.
            Mustafa Zahri mengatakan bahwa fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu.
            Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan.
            Al-Fana secara umum dari penjelasan Al-Junaidi adalah hilangnya daya kesadaranqalbu hal-hal yang bersifat inderawi karena adanaya sesuatu yang dilihatnya. Yang hilang hanyah kesadaran akan dirinya sebagai manusia. Sebenarnya dirinya tetap ada tetapi ia tidak sadar dengan dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
            Proses dalam al-fana ada empat :
a.       Sakar, situasi kejiwaan yang terpusat penuh kepada sau titik, sehingga dia melihat dengan perasaannya.
b.      Sathotat adalah gerakan, dalam tasawuf suatu ucapan yang terlontar di luar kesadaran, kata-kata yang diucapkan dalam keadaan sakar.
c.       Al-Zawal Al-Hijab, bebas dalam dimensi sehingga ia keluar di dalam materi dan telah berada di dalam arwah ilahiyat sehingga getar jiwanya dapat menangkap gelombang cahaya dan suara Tuhan.
d.      Ghalab al syuhud tingkat kesempurnaan ia lupa pada dirinya dan alam hanya Allah saja.
Dari sudut psikologi karakteristik fana mistis yaitu hilangnya kesadaran dan perasaan, tidak merasakan apa yang terjadi dalam organismenya dan keakuannya dalam bahasa awan terkesima atau yang sejenis. Maka fana sebenarnya adalah suatu keadaan insidental, tak berlangsung secara terus menerus. Kemampuan adalah karunia Allah tak dapat diperoleh melalui latihan bagaimanapun.
Aliran fana ada dua :
1.      Berpaham moderat disebut fana fi’tauhid adalah seorang telah larut dalam ma’rifatullah dan ia tidak menyadari segala sesuatu selain Allah, maka ia fana dalam tauhid.
2.      Dipelopori oleh Abu Yazid Al-Busthami sebagai penyatuan dirinya dengan Tuhan.
Dengan demikian tujuannya untuk mencapai penyatuan (ittihad) dengan Tuhan. Dari pengertian metafisika yaitu hilangnya bentuk-bentuk adalah fananya bentuk itu pada saat Tuhan memanifestasi (tajalli) dirinya dalam bentuk lain.
Sufisme yang sempunra adalah seseorang yang melihat Tuhan dan dirinya sendiri di dalam pengalaman mistikal baik dengan pengetahuan mistikal maupun penghayatan esoteris. Artinya bahwa dia mengakui adanya esendi dan bentuk (form) tetapi menyadari kesatuan esensial keduanya serta kemutlakan non eksistensi dari form ini adalah fana yang paling tinggi.
Ibnu Arabi berpendapat ada tujuh tahap dalam proses gradual :
a.       Fana’an ma’ashi, meninggalkan dosa.
b.      Menjauhkan diri dari semua perbuatan apapun, hanya Tuhan satu-satunya.
c.       Menjauhkan diri dari sifat-sifat dan kualitas-kualitas dari wujud-wujud kontingen (mumkinul wujud).Sufi sejati adalah mereka yang dapat melihat Tuhan dari Tuhan di dalam Tuhan dan dari mata Tuhan sendiri.
d.      Menyingkir dari personaltas dirinya sendiri.
e.       Meninggalkan seluruh alam.
f.       Menghilangkan segala hal selain Tuhan
g.      Melepaskan semua atribut-atribut atau sifat-sifat Tuhan serta hubungan-hubungan atribut itu.
Tujuan akhir tasawuf Ibnu Arabi adalah pencapaian pengetahuan sejati dan kebahagiaan puncaknya sebagai sufi adalah penyadaran melalui intuisi mistik.

Pengertian Baqa’
            Bahwa proses penghancuran diri (fana) rupanya tidak dapat dipisahkan dari Baqa’ (tetap, terus hidup)
Ada beberapa faham kesufian adanya keseringan fana dan baqa’ :
1.      مَنْ فَنِيَ عَنْ جهْلِهِ بَقِيَ بِعِلْمِهِ, jika kejahatan (ignorance) dari seseorang hilang  yang akan tinggal adalah pengetahuan.
2.      مَنْ فَنِيَ عَنِيَ المَخَا لَفَتِ بَقِيَ فِ المَوَا فَقَا تِ, jika seseorang dapat menghilangkan maksiatnya maka yang akantinggal ialah taqwanya.
3.       مَنْ فَنِيَ عَنِ الاَوْصَا فِ المَذْمَوْمَةِ بَقِيَ بِالاَوْصَافِ المَخْمُوْدَةِ, siapa yang menghancurkan sifat (akhlaq) yang buruk, maka tinggallah baginya sifat-sifat yang baik.
4.      مَنْ فَنِيَ عَنْ اَوْصَا فِهِ بَقِيَ بِاَوْصَا فِ الحَقِّ, siapa yang menghilangkan sifat-sifatnya maka mempunyai sifat Tuhan.
5.      Al-Qasyairi, pendapatnya fananya seseorang dari dirinya dan dari makhluk lain terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinnya.
6.      Nicholson,  fana adalah kalau wujud jasmaninya tak ada lagi, maka yang akan tinggal ialah wujud rohaninyadan  dapat bersatu dengan Tuhan.
Tokoh sufi pertama memunculkan fana dan baqa’ Abu Yazid Al Bustamillah. Beliau salah salah satu tokoh sufi yang telah melewati ma’rifah, mencapai fana dan baqa’ kamudian ittihad bersatu dengan Tuhan.
Hendaklah diketahui bahwa yang mewarnai seesorang adalah perbuatan akhlak dan tingkah laku. Barangsiapa yang menumbuhkan akhlak mulia kemudian meninggalkan dari kekotoran jiwa, dia dapat dikatakan fana (menghilangkan) budi pekerti yang buruk, maka tetap (baqa’)lah dalam kebaikan dan kebenaran.
Barangsiapa dikuasai kebenaran, hingga tidak ada perubahan dalam pendirian baik itu sendiri ataupun tulisan dan nilai-nilainya, maka dia fana (lenyap) dari tuntutan manusia dan baqa’ (tettaplah) kebenaran.
Apabila seseorang telah fana kesenangannya maka baqa’lah kezuhudannya dan barangsiapa fana angan-angannya maka baqa’lah kehendaknya, sebuah syair fana :
فَقَوْمُ تَا هٍ فِى اَرْضِ بِفَقْرٍ # وَقَوْمُ تَا هٍ فِى مَيْدَانِ حَبِّهِ.
فَاَفَنَوْا ثْمَّ اَفْنَوْا ثْمَّ اَبْقَوْا     # وَاَبْقَوْابِالبَقَا ءِ مِنْ قُى بِ رَبِّهِ.
Sebagian orang bingung di bumi ini karena kefakiran, sebagian orang bingung karena cintanya, kemudian lenyap-lenyap, tinggallah dia di dekat Tuhannya.
            Mula pertama dia fana dari diri dan sifatnya, karena baqa’ sifat Tuhan. Kemudian memfanakan sifat Tuhan dengan meleburkan diri kepada wujud Tuhan.
            Orang baqa’ kepada Tuhan berarti menyirnakan dirinya. Ia bekerja bukan untuk mendapatkan manfaat bagi dirinya dan bukan untuk untuk menolak mudarat yang menimpanya.
            Salah satu fana pengagungan selain Allah adlah hadits Abi Hasyim : “Apakah dunia itu ? Adapun yang sudah adalah merupakan impian, sisanya adalah kemauan dan tipuan.”
            Penjelasan dari Ibnu Qayyim : Fana dalam tauhid berbarengan dengan baqa’ yaitu penetapan terhadap Tuhan yang haq dalam hatimu Dan menghilangkan Tuhan selain Allah. Disinilah bertemu antara nafi’ dan istibat. Nafi’ adalah fana’ dan istibat adalah baqa’ .
            Sebagai akibat dari fana adalah baqa’. Menurut para sufi baqa’ adalah kekalnya sifat terpuji, dan sifat Tuhan dalam diri manusia. Dalam istilah tasawuf fana dan baqa’ beriringan.
اِذَا َشْرَقَ نَوْرُالبَقَا ءِ فَيَفْنَى مَنْ لَمْ يَكُنْ وَيَبْقَر مَنْ لَمْ يَزُلُ.   
Apabila tempat nur kebaqaan, maka fanalah yang tiada dan baqalah yang kekal.
            Tasawuf adalah mereka fana dari dirinya dan baqa’ dengan Tuhannya. Karena kehadiran hati mereka bersama Allah. Jadi fana adalah lenyaplah sifat-sifat basyariyah, akhlak tercela, kebodohan, dan maksiat dari diri manusia. Baqa’ adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan untuk mencapai baqa’ ini diperlukan usaha bertaubat, bebrdzikir, beribadah, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji.
            Yang dituju fana dan baqa’ adalah mencapai persatuan rohani dan batiniah dengan Tuhan, sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Fana dan baqa’ erat hubungannya dengan ittihad. Seorang sufi telah merasa dirinya menyatu dengan Tuhan dan memanggil yang satu dengan
“Hai Aku”                                                                          فَيَقُوْلُ الوَاحِد لِلاٰخَرِيَا اَنَا
Maka yang satu dengan yang lainnya mengatakan “aku”.
            Au Yazid Al-Bustami (wafat 874 M) sufi pertama. Nama kecilnya Thaifur. Beliau telah fana dan mencapai baqa’ dari mulutnya keluarlah kata ganjil,
Tidak ada Tuhan selain aku, maka sembahlah aku                       لإِلٰهَ اِلاَّ اَنَا فَاعْبُدْ نِى
Maha suci aku, maha suci aku, maha besar aku, سُبْحَا نِى, سُبْحَا نِّى, مَا اَعْظَا مُ شَا ءْنِى
Kata itu bukanlah darinya tapi dari Allah, beliau tidak mengakuinya sebagai Tuhan. Bagi orang yang bertoleran dipandang sebagai penyelewengan, bagi yang keras pada agama, dipandang sebagai kekufuran. Untuk mencapai ittihad dipandang sufi sebagai liqa al rabbi.

Kondisi Fana dan Baqa’ dengan Ma’rifah
            Fana artinya lenyap dan baqa’ artinya tetap. Fana dan baqa’ selalu menyattu dalam kondisi kerohanian tertentu. Fana merupakan permulaannya sedangkan baqa’ merupakan akhir perjalanannya, tetapi  keduanya tidak pernah diselingi oleh kondisi kerohanian yang lain, kecuali selalu sambung menyambung. Oleh karena itu sufi mengibaratkan fana dan baqa’ sebagai satu mata uang logam yaitu disisi yang satu adalah fana, sedangkan disisi yang lain adalah baqa’.
            Sufi dari lairan tasawuf mengartikan fana sebagai berikut; pertama, fana kebodohan, (ketidak tahuan), lalu timbul baqa’ sikap – tahuan. Kedua, fana, maksiat, lalu timbul baqa’ ketaaatan. Ketiaga, fana, kelalaian, lalu timbul baqa’ ingat kepada Allah. Keempat, fana sifat- sifat buruk, lalu timbul baqa’ sifat-sifat baik. Tetapi dari aliran Tasawuf Irfani mengartikan fana sebagai kondisi lenyapnya kesadaran hamba, lalu timbul baqa’ sebagai keabadian kekuasaan Allah yang tetap[17].
            Pengalaman sufi untuk sampau kondisi fana dan baqa’, dimulai dari dzikir dan tafakur untuk meniadakan diri (fana). Tetapi sebelum datangnya  fana, lebih dahulu diawali oleh ketidak-sadaran diri (al-sukru), yang sering juga disebut dengan al jazb, karena sufi yang mengalami kondisi kerohanian tersebut, sering berperilaku aneh-aneh. Lalu muncul fana, kemudian bersamung dengan baqa’, lalu sadar kembali, yang disebut al-sahwu, kemudian fana kembali, inilah yang disebut kondiis peniadaan yang tidak tiada, fanau al fana, lalu muncul lagi ketetapan yang sudah tetap, baqau al baqa’. Ini merupakan kondisi kerohanian yang sangat mendatangkan ma’rifah. Jadi ma’rifah belum bisa didapatkan sufi keika belum satu kali fana dan baqa’. Bahkan ada sufi yang mencapai tiga kali fana dan baqa’. Baru dapat mencapai ma’rifah yang diharapkan yang disebut tajalli.
            Ma’rifah yang diperoleh dari fana dan baqa’ sebagaimana tersebut di atas, meliputi beberapa tingkatan :
1.      Ma’rifah dengan ciptaan Allah (اَلمَعْرِفَةُ اَفْعَا لِلهِ ) didapat dari
 فَنَاءُ الفَنَاءِ فِى اَفْعَا لِلهِ
2.      Ma’rifah dengan nam Allah (اَلمَعْرِفَةُ فِى اَسْمَا ءِا للهِ) didapat dari
 فَنَاءُ الفَنَاءِ فِى اَسْمَاءِاللهِ
3.      Ma’rifat dengan sifat Allah (اَلمَعْرِفَةِ فِى صِفَا تِاللهِ) didapat dari
 فَنَاءُ الفَنَاءِ فِى صِفَا تِ اللهِ
4.      Ma’rifah dengan dzat Allah (اَلمَعْرِفَةِ فِى ذَا تِ اللهِ) didapat dari
 فَنَاءُ الفَنَاءَ فِى ذَا تِ اللهِ
Tentu saja ma’rifat dari tingkatan pertama sampai tingkatan keempat selalu diawali juga oleh :
بَقَاءُالبَفَاءِ فِى اَسْمَاءِاللهِ, بَقَاءُالبَفَاءِ فِى اَفَعَاءِاللهِ
قَاءُالبَفَاءِ فِى ذَا تِ الله , َبَقَاءُالبَفَاءِ فِى صِفَا تِ اللهِ
Pengertian Ittihad
            Ittihad adalah bahwa tingkatan tasawus seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan.
            A.R. Ai Badawi berpendapat dalam ittihad yang dilihat hanya satu wujud. Dalam ini identitas telah hilang, telah menjadi satu. Ittihad berada dalam lapangan yang kurang terang dan bersama hulul dan tauhid daripada bagian ilmu tasawuf.
            Abu Yazid Al-Bustami sebagai penyebar dan membawa ittihad dalam tasawuf. Ia jarang keluar di Bistam. Sebagian besar waktunya ia gunakan untuk beribadah dan memuja Tuhan.
            Pabila seorang sufin telah berada dalam keadaan fana, maka pada saat itu ia telah dapat menyatu dengan Tuhan sehingga wujudnya kekal (baqa’). Di dalam perpaduan itu ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari Tuhan, itulah arti dari Ittihad.
            Paham ini timbul sebagai konsekuensi lanjut dari pendapatnya, bahwa jiwa manusiaadalah pancaran dari nur ilahi, akuannya manusia itu adalah pancaran dari Yang Maha Esa.
            Ittihad adalah barangsiapa yang mampu membebaskan diri dari alam lahiriyahnya dari kesadarannya sebagai insan, maka akan memperoleh jalan kepada sumber arahnya. Ia akan menyatu padu dengan yang tunggal, yang dilihat dan dirasakan hanya stu, itulah ittihad.
            Situasi Ittihad diperjelas oleh Bayazid dalam ungkapannya :
قل يا ابا يزيد انهم كلهم خلقى غيرك . فقلت فاءنا أنت وأنت أنت أنا
Tuhan berkata,”Semua mereka kecuali engkau, adalah makhluk-Ku, akupun berkata,”Aku adalah Engkau, Engkau adalah aku. Selanjutnya.”
انى اناالله لا اله الا انا فاعبدنى
Saya inilah Allah, tiada Tuhan Aku, sembahlah Aku.
            Kata-kata itu adalah sab da Tuhan yang disalurkan melalui lidah Bayazid yang dalam keadaan fana’an nafs. Oleh karena itu sebenarnya dia tidak mengaku dirinya sebagai Tuhan seperti yang dilakukan Fir’aun.


DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Prof.H.A. Rivay, Tasawuf

Nata, Prof.Dr.H.Abudin, M.A., Akhlaq Tasawuf

Drs.H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf

Drs.Mahjudin, M.Pd.I, Akhlak Tasawuf I Mukjizat Nabi, Karomah Wali, dan Ma’rifah Sufi, Kalam Mulia



[17] Adnan Haqq, Al-Sufiyyah wa Al-Tasawuf, Maktabah Al-Farabi, Damascus.tt, hal.85

1 komentar:

  1. The TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO
    The TOTO TOTO ford edge titanium for sale TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO titanium coating TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO apple watch titanium vs aluminum TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO TOTO titanium iv chloride TOTO everquest titanium

    BalasHapus